CERPEN/FIKSIMINI
Maaf, (tak selamanya) cinta yang sama bertahan diwaktu yang berbeda.
Galau.... apakah Mungkin kata ini tepat
untukku sekarang, aku bener-benar bingung dengan perasaanku saat ini. Apakah
ini yang dinamakan cinta? Sungguh aku merasa begitu bodoh, aku baru menyadari
kalau itu memang cinta yang sebenarnya. Rasa itu pernah hadir jauh beberapa
tahun silam dimana aku masih linglung akan hatiku. Dan sekarang rasa yang
sangat menyiksa itu datang lagi membelenggu diriku, dia selalu ada disetiap
imajinasiku, mengganggu hari-hariku, dan menyiksa rasaku. Aku sungguh rindu
saat ia menatap aku. Hal itu membuat aku merasa deg-degan, tersipu, aneh,
bahagia dan juga merasa tenang.
Hari ini sudah terhitung 3 tahun. Ya 3 tahun dia
menyayangiku atau bahkan mencintaiku. Sebenarnya sudah sangat lama aku
mengetahui perasaannya padaku. Tapi aku pura-pura tak mengetahuinya. Pura-pura
tidak peka dengan semua sinyalnya. Semua orang berbicara hal yang sama padaku tentang perasaannya .
tidak peka dengan semua sinyalnya. Semua orang berbicara hal yang sama padaku tentang perasaannya .
“Andri, kamu gak nyadar kalau Azizah suka kamu?” kata Roby
“Andri, kasian tuch Azizah di
gantungin mulu kaya jemuran” itu sindiran dari Lala atau
“Andri, kalau emang gak suka sama
Azizah tolak aja baik-baik . Aku gak tega lihat dia gitu terus” itu nasehat
dari Ali
adikku Andini pun ikut menasehatiku
“Bang Andri , gak capek gitu terus? Kasihan Azizah,
dia itu anaknya baik banget. Banyak yang naksir sama dia tapi dia nungguin
abang.” dan masih banyak lagi ucapan-ucapan yang dilontarkan padaku tentangnya
yang tak bisa aku ucapkan satu persatu. Apakah kalian tahu? Gendang telingaku
ingin pecah jika mendengar itu-itu saja terus menerus. Aku tak mengerti mengapa
dia begitu kuat menungguku. Dan dia juga begitu yakin bahwa aku akan membalas
perasaannya. Kepercayaannya itu begitu berlebihan .
Pernah tak
sengaja aku mendengar Andini berbincang dengan Azizah
“Kenapa sih Azizah, kamu kuat banget? Padahal udah
jelas bang Andri dingin banget sama kamu”
“Itu kekuatan cinta Andini, aku yakin suatu saat nanti
bang Andri pasti bakal punya perasaan yang sama seperti aku”kata Azizah
tersenyum lepas.
“Emangnya gak
sakit Azizah?” Andini keheranan.
“Ya sakit sih, tapi mau gimana lagi? Kamu juga nanti
bakal ngerti kok andini” Azizah tersenyum kembali.
“Aku sama sekali gak ngerti Azizah , tapi kalau nanti
tiba-tiba bang Andri punya pacar gimana? Apa yang bakal kamu lakuin?” Andini
sama sekali tidak mengerti dengan jalan pikiran Azizah.
“Kalau udah gitu kejadiannya sih, aku udah gak bisa
apa-apa” Azizah tersenyum kembali. .
Aku hanya diam mendengarkannya. Begitu polosnya ah tidak begitu bodohnya jalan pikiran Azizah itu .
Aku hanya diam mendengarkannya. Begitu polosnya ah tidak begitu bodohnya jalan pikiran Azizah itu .
Minggu pagi,
mantanku nyamperin aku ke rumah. Menggenggam tanganku erat sambil menangis.
Pacarnya meninggalkannya karna wanita lain . Ckckckck , begitu bodohnya aku
belum bisa melupakannya. Aku hanya diam .Tanganku tak berkutik dalam
genggamannya hingga ia tersadar dan melepaskan tanganku.
“Maaf
Andri, aku menceritakan ini padamu.”
“gak apa-apa kok Nia.”
“bodohnya aku, Mungkin ini karma bagiku karna dulu ninggalin kamu.” Ujar Nia lagi.
“bodohnya aku, Mungkin ini karma bagiku karna dulu ninggalin kamu.” Ujar Nia lagi.
Aku hanya terdiam tanpa sanggup berkata apa-apa, dari
dulu aku memang sangat mencintainya, bahkan sampai sekarang separuh hatiku
masih sama dia. Itulah alasanku belum pernah bisa ada wanita lain yang
kubiarkan menemani hari-hariku. Aku menyeka airmata yang mengalir dari ranum
pipinya. Ia tersenyum menatapku.
“Thank Andri.”
“Thank Andri.”
“tak perlu berterima kasih Nia, aku pamit pamit bentar ke belakang yaa. Kamu
tunggu disini. Ucapku sambil berlalu ke dapur untuk mengambilkan minuman.
Sesampai
didapur aku mengambil minum dikulkas dan hanya menemukan Andini yang sedang
baca buku di dapur, kemana Azizah ya? Ujarku dalam hati. Sebelum Nia bertamu,
aku sempat menyapa Azizah dan bilang ada yang mau aku omongkan dengan dia hari
ini. Tapi sekarang udah gak nampak batang hidungnya. Terlalu gengsi bagiku
untuk bertanya pada Andini dimana Azizah.
“Azizah udah pulang bang . Tadi dia dijemput bang Imam
pas abang lagi asyik-asyikan sama Kak Nia” Andini mengatakan dengan nada
juteknya.
“apaaaaaaa???? Azizah dijemput Imam?” Hah tak bisa kupercaya. Kenapa bisa Imam dekat sama Azizah. Hatiku rasanya seperti ada yang hilang. Tak tahulah, aku pun ngeloyor dari hadapan adikku yang masih bertampang jutek dan menemui Nia lagi.
“apaaaaaaa???? Azizah dijemput Imam?” Hah tak bisa kupercaya. Kenapa bisa Imam dekat sama Azizah. Hatiku rasanya seperti ada yang hilang. Tak tahulah, aku pun ngeloyor dari hadapan adikku yang masih bertampang jutek dan menemui Nia lagi.
Setelah
kejadian itu, Azizah tak pernah main kerumahku lagi. Aku tak pernah bertemu
dengannya dikampus juga. Kami satu kampus tapi beda jurusan, Kelas kami lumayan
berjauhan. Aku di kampus barat sedangkan dia di kampus timur. Tapi meskipun
jauh, ia sering mampir dikantin tempatku nongkrong makanya hampir setiap hari
aku bertemu dengannya.
Berbulan-bulan
sudah aku tak bertemu dengannya lagi. Aku benar-benar merindukannya dan rasanya
aku sudah tidak kuat lagi menahan rasaku. Adikku Andini pun tak pernah lagi
menyebut namanya di hadapanku. Dengan sekuat tenaga, kutepiskan rasa gengsiku.
Aku pun memberanikan diri bertanya pada Andini kemana Azizah selama ini .
“Wah jadi
ternyata abangku tercinta ini udah gak kuat ya?” sindirnya
“apa maksud mu Andini?”
jawabku masih sok cuek.
“Besok abang ke
taman belakang kampus aja, jam 1 ya.”
“buat apa
Andini?”
“aku bakal temuin
Azizah sama abang.
Gunain waktu
ini sebaik-baiknya” ucapnya datar
“Makasih dek.”
ucapku yang entah kenapa memanggilnya dengan sebutan ‘dek’. Nama panggilan yang udah lama gak aku ucapkan
semenjak Azizah menghilang. Andini sempat marah padaku karena waktu itu aku
masih mencintai Nia. Kami sempat tidak berbicara selama beberapa waktu.
Akhirnya kusadari ia melakukan itu karena Nia memang bukan wanita yang baik
buatku. Aku hampir jadian lagi dengan Nia waktu itu tapi akhirnya ia meninggalkanku lagi.
“Kamu terlalu
baik buatku Andri.” Kata Nia.
“ Jadi aku
harus jahat, biar kamu tidak pergi lagi dari aku?” tanyaku waktu itu.
“Maafkan aku.”
Jawab Nia lirih
Entah apa yang
ada dipikiran Nia, sungguh aku tak dapat menerkanya. Begitu mudahnya ia
meninggalkan aku lalu kembali, setelah itu ia pergi lagi dengan alasan aku
terlalu baik buatnya. Hufff... aku menghela nafas panjang. Seandainya saja dulu
aku membalas rasa yang Azizah berikan untukku, mungkin hariku tidak akan
sehampa sekarang. Tidak sabar aku menunggu besok. Rinduku sungguh sudah
sangat-sangat merimbun untuknya..
Semalaman aku
gak bisa tidur, pikiranku tak henti-hentinya memikirkan apa yang harus ku
katakan pada Azizah besok. Bagaimana aku harus mulai percakapan dengannya,
bagaimana aku menatapnya, menjabat tangannya. Ahhhh............
Dan keesokan
harinya aku pun pergi ke taman belakang kampus seperti yang Andini bilang .
Benar saja Azizah ada disana , duduk di bangku taman dan entah kenapa dia
begitu cantik . Akupun menghampirinya.
“bang Andri?” dia kebingungan
mungkin karena aku yang menghampirinya bukan Andini
“Kita baru
ketemu lagi ya” ucapku sambil memandang langit.
“Iya bang
akhir-akhir ini aku sibuk” ucapnya yang ikut memandang langit.
“Azizah ..” aku
memulai pembicaraan serius.
“Iya bang?”
Azizah menoleh.
“Sebenernya
abang suka sama kamu.”
“Abang mau kamu jadi pacar abang” ucapku
sambil menggenggam tangannya.
Aku tidak yakin
akan perkataanku, tapi dari semalam udah kumantapkan diri untuk menembaknya.
Dugaanku pasti benar kalau Azizah akan menerimaku, karna cuma aku yang Azizah nanti-nanti
selama bertahun-tahun.
“Maaf bang, aku udah sama Imam.” ucapnya dengan penuh
penyesalan sambil melepas genggamanku.
“Kenapa sama Imam? Kamu bilang kamu
bakal nunggu abang” tanyaku dengan kecewa.
“Aku fikir abang sudah balikan sama
kak Nia dan aku juga udah terlanjur sayang sama Imam sekarang.” Aku serasa tak
percaya dengan apa yang ku dengar.
“Maafin aku bang” ucap Azizah seraya
meninggalkanku sendirian .
Dugaanku selama
ini salah. Aku terlalu yakin kalau Azizah bakal nunggu aku selamanya. Ternyata
Azizah lemah waktu lihat aku sama Nia waktu itu. Padahal hari itu Nia memegang
erat tangan aku sedangkan aku , hati aku udah lama terikat sama kamu Azizah.
Kamu udah menggenggam hatiku Azizah. Andai dulu aku gak terlalu malu buat
bilang. Andai dulu aku gak terlalu mengikuti gengsiku. Andai dulu aku lebih
jujur sama perasaanku sendiri, Andai saja waktu itu Nia gak kerumah dan aku
sempat ngobrol dengan Azizah. Pasti semuanya gak bakalan seperti ini . Pasti
aku gak bakal kehilangan Azizah. Pasti hatiku gak akan sesakit ini. Ahh aku
merasa seakan sulit sekali untuk bernafas! Nyesek banget..Benar-benar sakit ..
!
0 comments